Nulis Novel tetapi bukan Novel yang 'Itu'

Well, ini adalah postingan pertama di blog ini. Postingan tidak bermutu yang ditujukan hanya sekadar mengisi postingan pertama. Namun, tentunya bukan sekadar mengisi karena di sini, aku berusaha untuk terus berkomitmen mengisi blog ini.

Terakhir kali, aku menulis di blog pribadi itu sekitar tahun 2015/2016, tepat ketika beberapa judul novelku masuk ke toko buku. Setelah itu, aku meninggalkan media yang dulu, ketika aku tidak didengarkan sebagai seorang penulis novel, menjadi tempat berkreatifitas. Eksis istilahnya. 

Bertahun-tahun kemudian, ketika mengalami sesuatu yang disebut writer block, aku tidak kembali ke blog. Malahan, aku menjadi penulis artikel dan mengisi web orang lain sebagai kontributor. Menulis di web orang lain tentu berbeda dengan menulis di blog pribadi. Ada serangkaian syarat yang harus dipenuhi dan juga diikuti agar tulisan kita disebut layak. Namun, asyiknya ada imbalan segar tersendiri yang mengisi kantung reksadanaku.

Pict by Sofia Iivarinen

 

Dana receh yang saat itu terasa besar, sebenarnya tidak sebanding dengan penghasilan yang aku terima selama mengisi blog pribadi. Pada masanya, artikel-artikelku pernah dibayar dengan dolar (meski nilainya kecil), tetapi jika dirupiahkan, ternyata masih jauh lebih banyak ketimbang nilai yang kudapat dari menjadi kontributor.

Selain itu, mengesampingkan dana segar, ada hal lain yang hilang saat aku meninggalkan blog pribadi. Aku tidak meninggalkan jejak-jejak di setiap momen. Padahal, dengan merangkai jejak-jejak, kita bisa merunut sejarah bagaimana kehidupan kita berlalu.

Ais, bahasanya seram. Padahal maksudnya cuma satu, karena tidak lagi nulis di blog, aku kehilangan kesempatan untuk building blog dan segala kelengkapannya, sehingga saat diperlukan, blognya masih belum bisa menghasilkan. 

Hahaha... so, jadi semua tetap kembali ke dasar peraturan negara ya, UUD, Ujung Ujungnya Duit.

Posting Komentar untuk "Nulis Novel tetapi bukan Novel yang 'Itu'"